Cerita Gay – kontol satpam
CERITA SEX GAY,,,,,,,,,,,
“Siapa kamu!?” Pertanyaan Pak Satpam tersebut sangat
mengejutkanku. Aku rasa lebih tepat
jika disebut dengan hardikan. Kalau
bertanya kok nadanya sadis amat?
“Ssss…” tentu saja aku sangat gugup
untuk menjawab pertanyaan
(hardikan) tersebut. “Siapa!!” kali ini
benar-benar berupa hardikan. “Tri,
Pak…” dengan susah payah
kukumpulkan keberanianku untuk
menjawabnya. “Mau apa di sini!?” lagi-
lagi hardikan. “Mmmm…” Sial! Kenapa
aku masih gugup saja ya? “ Heh dengar, nggak kamu!?” “Sss…saya…
mmm….mau… nyari da…un bu… at…
obat, Pak” “Daun apa!?” kali ini
tanganku dipelintirnya. Sakit sekali!
“Aduh! Sakit, Pak…” aku mulai
menangis. “Jawab yang jujur: mau apa
kamu di sini?” kali ini suaranya agak
diturunkan. Namun, pelintirannya
belum dilepaskan. “Maaf, www.ceritagay.uiwap.com Pak…. Saya…”
tak berani aku melanjutkan untuk
berbicara jujur. “Saya panggilkan
teman-teman saya baru kamu mau
bicara?!” ancamnya. “Jjjj..jangan, Pak…”
aku memohon padanya. Ia
melepaskan tanganku. Aku tidak
berani kabur. Hanya menangis. “Mau
apa kamu di sini?” nada bertanyanya
mulai mendatar. Ketakutanku
berkurang. Aku tak mau berbohong.
Biar aku jujur saja! “Maaf, Pak…” aku
tidak berani meneruskan ucapanku.
Kupandangi wajah satpam itu.
Kesangaran di wajahnya sudah
berkurang. Bahkan, ia sekarang
mencoba meredakan ketakutanku
dengan senyuman. “Ya… saya mau
maafin kamu… tapi jujur. Saya sering
lihat kamu lewat depan pos ini. Rumah
kamu di dekat kali, kan?” “Ya, Pak…”
“Kamu ke sini ada perlu apa?”
suaranya sudah berubah 180 derajat
dari yang sebelumnya. Aku benar-
benar bisu. Takut sekali. Kututup
wajahku. Menangis sejadi-jadinya.
“Kok nggak mau jawab juga?” tegur
satpam itu dengan lembut. Mungkin dia
telah menyadari yang ia tangkap
bukan penjahat kambuhan, tetapi
seorang lelaki feminin yang rapuh.
“Kamu nyari ini, ya?” ia mendekati aku
yang terduduk lemas. Kurasakan
kepalaku ditekan bagian tubuhnya
yang kenyal. Kontolnya! “Buka..” bukan
perintah. Aku sudah menginginkannya
sejak awal. Kubuka perlahan celana
seragam tersebut. Aroma lelaki sudah
terasa menyengat. Aku mengelus
onggokan kontol yang masih tertutup
kancut tersebut. “Keluarin…”
kupelorotkan kancut satpam tersebut.
Benda yang sangat kuinginkan itu
langsung mencuat. Kokoh. Besar
Panjang. Hitam. Kekar. “Isep….” Segera
kumasukkan batang hangat tersebut
ke mulutku. Kumainkan dengan penuh
nafsu. Ia bergetar kenikmatan.
“terus….terus…” racaunya. Aku
mengikuti kemauannya dengan
semakin merangsang kontolnya
dengan berbagai teknik jilatan dan
hisapan. Namun,…. “John! Di mana lu?”
terdengar suara dari depan pos.
Satpam, yang ternyata bernama John
itu, mendorong kepalaku. Ia segera
merapikan celananya. Akh, aku sangat
terkejut. Permainan belum selesai!
“Sembunyi kamu di situ!’” bisiknya
sambil mendorongku ke kolong tempat
tidur. Pak John sendiri langsung ke arah
depan, menemui orang yang
memanggil tadi. “Ada apa, Mad?
Teriak-teriak begitu lo!” kudengar suara
Pak John. Ia terdengar santai. Gila! Aku
sendiri gemetaran di kolong tempat
tidur. “Ini habis muter…” suara si Mad.
“Saya ngantuk banget ini, numpang
tidur boleh kan?” Hah…. Aku semakin
bergetar. “Gi dah sana! Tapi jangan
kelamaan nanti Si Bos ngamuk!” Pak
John mengizinkan. “Hhh… Jali gila!
Paling-paling lagi ngasah peler tuh
orang!” mungkin yang dimaksud Si Bos.
Kudengar Pak John terbahak-bahak.
Lucu? Aku sendiri menjadi terangsang.
“Ah elo! Kayak nggak pernah aja!”
suara Pak John. “Gua mah nggak
sesering dia, saban hari ngeloco!” si
Mad mengejek. “Lo ke sini bukan mau
tidur kan? Mau coli kan lo?!” Pak John
langsung memvonis. Glekk. Aku
semakin terangsang. “Yah begitulah….
Maklum sudah tiga hari nggak
dikeluarin…” suara si Mad. Kuintip dia
sedang memelorotkan celananya.
Sayang aku tidak bias melihat utuh
tubuhnya. Hanya sebatas betis ke
bawah. “Dah buruan lo! Jangan lama-
lama! Nanti si Jali benar-benar dating,
mati lo!” Pak John kembali bicara.
“Santai sobat… ach…” si Mad
menggoda. “Ngentot, lo!” Pak John memaki. “Kocokin gua John… ouch..”
“Peler lo!… Gua cari rokok dulu” “Siip…lo
balik gua dah kelar… okh nikmat John…” “KONTOL” suara Pak John menjauh. Si Mad tertawa. Aku mati-matian menahan nafas dan hasrat.,,,,,,,,,,,,,,,,